Universitas Siber Asia

Dominikus Ratuanak :Tidak Ada Kata Terlambat Dalam Menuntut Ilmu

Kesibukan Dominikus Ratuanak, putera daerah Maluku sebagai seorang Direktur Operasional salah satu perusahaan perkapalan ini tidak lantas membuatnya lupa pentingnya pendidikan. Lahir dari keluarga pendidik, Dominikus memiliki keinginan untuk terus menuntut ilmu ke jenjang pendidikan tinggi. Simak bagaimana caranya membagi waktu kerja dengan kuliah di Universitas Siber Asia dan mendapatkan Indeks Prestasi Semester/ IPK sempurna dengan nilai 4.0.

Dominikus Ratuanak, merupakan seorang mahasiswa Universitas Siber Asia (UNSIA) Program Studi Komunikasi PJJ. Saat ini, ia tengah menjalani kesibukannya di sela-sela perkuliahan pada salah satu perusahaan yang bergerak dibidang ke agenan kapal bersama sang paman. Pria yang akrab disapa ‘Bang Dom’ ini menjalankan pekerjaannya dengan mengurus dokumen-dokumen terkait bunker kapal serta hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan kapal.

Selain menjadi mahasiswa di UNSIA, pria kelahiran Ternate 20 Maret 1981 ini, juga merupakan seorang Direktur Operasional. Sebelum melanjutkan studinya di UNSIA, Dom sempat mengawali pendidikan tingginya dan meraih gelar Diploma Tiga Tatalaksana Pelayaran Niaga dan Kepelabuhan.

Setelah berhasil meraih gelar Diploma, Dom memutuskan untuk melanjutkan perkuliahannya ke jenjang S1, dan memilih Universitas Siber Asia sebagai tempatnya berlayar menjadi seorang sarjana. Mulanya Dom berdisukusi dengan teman-temannya mengenai situasi pandemi yang melanda Indonesia dan mengakibatkan Dom yang bertempat di kepulauan Maluku memiliki kesulitan untuk melakukan studi ke pulau Jawa.

Alhasil Dom banyak mencari-cari perihal Universitas yang menerapkan sistem pembelajaran secara daring. Setelah menemukan beberapa referensi kampus yang menerapkan online learning, Dom belum juga menemukan kampus yang pas untuknya. Hingga pada akhirnya Dom menemukan Universitas Siber Asia.

Menurut Dom, penting baginya untuk mengetahui profil kampus maupun universitas yang akan menjadi tempatnya menempuh pendidikan dan meraih sarjana. Setelah Dom membaca dan memahami profil UNSIA dengan baik, terpilihlah Universitas Siber Asia sebagai tempatnya untuk menempuh jenjang S1.

Alasan Dom memilih UNSIA untuk melanjutkan pendidikannya, selain karena menggunakan sistem pembelajaran full online learning, juga karena UNSIA memenuhi kriteria utama untuk pembelajaran online dengan menggunakan sistem SIAKAD. Menurutnya jika kampusnya sudah terdaftar dan sudah menggunakan SIAKAD, artinya sudah terhubung dengan data di DIKTI.

“Saya baca di google saya buka websitenya saya baca saya liat ini.. teman saya bilang coba kamu ngecek aja, salah satu kriteria utama sekarang untuk pembelajaran kampus itukan pake siakad ya, nah kalo kampusnya terdaftar dan dia udah pake siakad berarti gausah takut, karena siakad itu juga sudah konek sama data di dikti katanya,”ujar Dominikus Ratuanak, Mahasiswa Program Studi Komunikasi PJJ, pada program NGOPAJA di Kanal Youtube UNSIA TV.

Pria yang memiliki hobi memasak dan membuat kue ini, sebetulnya memiliki cita-cita menjadi seorang Polisi. Bahkan, pernah mengikuti tes seleksi pada tahun 1998 dan sudah lolos tahap penentuan akhir. Namun, di malam pada saat kapal akan berangkat dalam waktu 2 jam lagi, keluarga meminta dom memikirkan kembali keputusannya. Sang kakak yang mengambil kedokteran di Bandung, menghubungi pihak keluarga dan menyarankan agar Dom melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Alhasil, Dom urung naik kapal yang sedianya akan membawanya ke cita cita awalnya sebagai seorang polisi.

Gagalnya cita-cita Dom menjadi seorang Polisi tidak lantas membuatnya menyesal. Dom sudah memiliki kebanggaan tersendiri karena sewaktu seleksi, Dom berhasil menjadi seorang Taruna, yang tidaklah mudah untuk sampai di posisi tersebut.

“Engga (nyesel), saya waktu itu seleksi masuk saya jadi Taruna ya, punya kebanggaan sendiri ya kalo jadi Taruna. Agak membedakan ya jadi mahasiswa kan semua orang bisa jadi, tapi kalau taruna belum tentu bisa, melalui beberapa seleksi kan, masalah kesehatan, fisik dan lain-lain gitu,” Ungkap Dom.

Keinginan Dom untuk meraih gelar sarjana sangat tinggi. Bahkan, ditengah kesibukannya di perusahaan keagenan kapal yang sedang dijalaninya, Dom tidak mengendurkan semangat untuk kuliah. Menurutnya sangat menjadi kebanggaan bagi orang-orang di daerahnya jika terpampang foto wisuda di dalam rumah mereka masing-masing.

Saat menjalani kehidupan sebagai seorang Direktur Operasional dan Mahasiswa UNSIA, Dom berhasil meraih IPK 4.00 pada semester pertama. Menurutnya sistem daring ini membuatnya lebih paham dan lebih fokus terhadap perkuliahan, dan juga menilai para dosen turut aktif saat perkuliahan berlangsung. Berbeda dengan kuliah tatap muka, ketika dosen bicara mahasiswa harus mencatat isi perkuliahan.

“Saya rasa kuliah daring ini lebih paham kita, satu lebih fokus karna ga ngantuk, nah kemudian kan dosennya aktif, materi kita ga catet sampe habis. Kalau kuliah tatap muka, dosennya ngomong kita harus nyatet. Kalo ini kan kita menyimak, kita menyimak, download materinya, kita baca, kan nyambung,”ujar Dom.

Untuk memahami perkuliahan, Dom memiliki caranya sendiri, yaitu dengan cara membaca materi yang sudah dibagikan, kemudian membuat perbandingan dengan situasi konkrit yang dialami, terlebih program studi yang dipilih adalah Komunikasi. Menurutnya ilmu komunikasi adalah ilmu yang riil, berbeda dengan kuliah ilmu pelayaran yang dulu Dom tekuni, yang mana harus berada ditempat untuk menghitung panjang, lebar dan beratnya agar tau isinya. Sedangkan komunikasi secara alami terjadi di kehidupan sehari-hari,

“Kita kalau di UNSIA kan materinya di share duluan kan, nah materinya di share duluan kita baca untuk saya baca ya jangan baca dipahami, kita baca, sendirinya kita membuat perbandingan dengan situasi konkrit yang kita alami, apalagi kan ilmu komunikasi ini kan riil. Beda kalau kuliah pelayaran belajar proses bongkar muat container, kita kan harus berdiri di pinggir container lalu kita itung, panjang kali lebar berapa beratnya berapa kita tau isinya, tapi kalau ilmu komunikasi kan engga, kita alami setiap saat kita berasosiasi dengan orang kita ngomong dengan orang, itukan bagian dari proses komunikasi jadi riil kan, ilmu yang riil ini komunikasi,” Ujar Dom.

Melakukan pekerjaan seorang Direktur dan menjadi seorang Mahasiswa tentu harus mempunyai manajemen waktu yang baik, agar jadwal perkuliahan tidak terganggu dengan pekerjaan atau sebaliknya. Menurut Dom, pekerjaan di keagenan kapal agak santai karena semua sudah terjadwal dengan baik, sehingga Dom dapat melakukan perkuliahan, tanpa mengganggu jam kerjanya.

“Kalau di perusahaan keagenan kapal kita agak santai, santainya gini, kapal kita sebulan dua kali ada yang lain datang lagi, jadi ya aktifitas kita, kalau ya sibuk itu h-2 sebelum kapal masuk, karena kalau kapal masuk itu kan bukan datang langsung nyamber gitu bukan, kita bikin namanya surat pemberitahuan kedatangan kapal (SPKK) kita buat surat kita koordinasi sama pihak syahbandar, sama pandupilot, bahwa kapal kita akan masuk jam sekian itu ada namanya master cable, itu memang master cable itu dari satelit memang jadi jam keluar semua sudah diatur kita buat surat, kita laporkan jadi ndak pengaruh sama kuliah,” Ujar Dom

Dom berpendapat, bahwa UNSIA berbeda dengan kampus-kampus lain yang menerapkan online learning. Menurutnya sekarang ini banyak perguruan tinggi yang menerapkan perkuliahan secara daring hanya sementara karena masalah pandemi, berbeda dengan UNSIA yang tetap eksis dengan perkuliahan secara daring tidak saat pandemi saja.

“Pendapat saya kalau UNSIA memang beda dari kampus-kampus lain yang saat ini melaksanakan daring. Karena kalo sekarang kan ini kaya perguruan tinggi lain yang melakasanakan daring ini kan hanya sementara, karena masalah pandemi. Tapi kalau UNSIA sendiri mau pandemi setelah selesai kan UNSIA tetap eksis dengan perkuliahan secara daring,” Ucap Dom.

Harapan Dom untuk UNSIA, agar segera membuka program studi lain, diantaranya Keguruan Ilmu Pendidikan, dan Manajemen Admisitrasi Rumah Sakit. Karena menurutnya, kedua program studi tersebut sangat diminati di daerah Maluku dan di daerah Indonesia Timur.

“Harapan saya buat UNSIA, mungkin kalo sekarang kan kita hanya punya 5 program studi sedangkan untuk daerah Maluku Indonesia timur itu sendiri orang itu paling seneng yang namanya fakultas keguruan ilmu pendidikan. Disini rata-rata 60-75 persen itu orang kuliahnya keguruan kesehatan. Kemudian disini kalau kaya kuliah manajemen untuk daerah Maluku, orang lebih senang kaya contohnya manajemen apalagi kan kita udah punya manajemen, mungkin adalagi yang namanya manajemen administrasi rumah sakit, itu harapan saya sebenarnya harus ada di UNSIA. Daerah Maluku ini kan orang lebih senang, sistimnya gini, yang jadi PNS cepatnya apa.. keguruan, kesehatan itu aja,” tutup Dom.

Keinginan Dom untuk meraih gelar sarjana yang berselang 20 tahun setelah lulus D3, di usia 40 tahun ini Dom baru memulai perjalanannya untuk meraih gelar sarjana. Hal ini menjadi contoh untuk teman-teman yang sudah memiliki karir agar tidak lupa dengan pendidikan. Menurut Dom ilmu tidak mempunyai batasan apalagi usia, sehingga tidak ada kata terlambat dalam mencari ilmu. (VN/MTH)

Dominikus Ratuanak :Tidak Ada Kata Terlambat Dalam Menuntut Ilmu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *