Universitas Siber Asia

Nyontek….Gak Banget Deh!

Pekan Ujian Tengah Semester (UTS) telah usai. Para dosen sibuk mengoreksi dan memasukkan nilai mahasiswa ke sistem kampus. Namun, di kala kesibukan mereka yang melelahkan, dosen-dosen harus senantiasa siaga dalam memeriksa hasil ujian mahasiswa, yang di mana tidak luput dari yang namanya plagiarisasi. Ada saja tingkah mahasiswa nakal yang menggunakan hasil tugas kakak tingkat sebagai ujiannya, ada juga yang menyalin jawaban teman sebayanya, bahkan ada beberapa yang menggunakan jasa “joki” pengerjaan tugas/ujian.

Plagiarisme, yang umumnya disebut “nyontek”, merupakan tindakan mengambil ide, karya, atau informasi dari sumber lain tanpa memberikan kredit atau sumber referensi yang tepat. Ini melibatkan penggunaan kata-kata, ide, atau karya orang lain tanpa izin atau atribusi yang diperlukan. Plagiarisme tidak tidak hanya melibatkan salin-menyalin teks secara langsung, tetapi juga mencakup penggunaan gagasan tanpa memberikan penghargaan kepada penciptanya.

Pentingnya mencegah plagiarisme tidak hanya terletak pada aspek etika, tetapi juga dalam menghormati hak kekayaan intelektual dan mendukung pembelajaran yang bermakna. Menurut Roig (2001), penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan mencegah plagiarisme tidak hanya tergantung pada hukuman atau sanksi, tetapi juga pada pendidikan tentang etika menulis.

Plagiarisme sering terjadi di kalangan mahasiswa karena berbagai alasan. Menurut penelitian McCabe et al. (2001), faktor tekanan waktu, ketidakpahaman terhadap tata cara penulisan yang benar, dan kurangnya pemahaman tentang konsep kejujuran akademis dapat menjadi penyebabnya. Selain itu, adanya tekanan untuk mencapai hasil yang tinggi dan persaingan yang ketat di dunia pendidikan dapat mendorong beberapa mahasiswa untuk mencari jalan pintas dengan menyalin pekerjaan orang lain.

Menurut Park (2003), prevalensi plagiarisme di institusi pendidikan tinggi cukup tinggi, dengan sejumlah mahasiswa yang terlibat dalam tindakan ini. Data menunjukkan bahwa tingkat kejadian plagiarisme dapat bervariasi tergantung pada disiplin ilmu dan tingkat pendidikan.

Budaya plagiarisme di kampus dapat terbentuk karena beberapa faktor mendasar. Pertama yaitu akibat kurangnya kesadaran akan pentingnya integritas akademis. Selain itu, beban tugas yang berat juga menjadi pemicu budaya plagiarisme. Dalam lingkungan akademis yang kompetitif, mahasiswa seringkali merasa terbebani oleh jumlah tugas yang harus diselesaikan dalam waktu singkat. Sebagai respons terhadap tekanan ini, beberapa mahasiswa mungkin mencari jalan pintas dengan melakukan plagiarisme.

Kurangnya pengawasan dari dosen juga turut mendukung budaya plagiarisme. Studi kasus di beberapa institusi menunjukkan bahwa sebagian dosen tidak terlalu teliti dalam memeriksa tugas mahasiswa, memberikan celah bagi mahasiswa yang ingin melakukan plagiarisme.

Dilansir dari kompas.id, pada Februari 2023, dilakukan investigasi dan ditemukan beberapa calon guru besar di berbagai universitas di Indonesia diduga terlibat dalam praktik joki karya ilmiah. Para calon guru besar ini menggunakan jasa joki untuk menulis artikel ilmiah yang kemudian diterbitkan di jurnal internasional. Dampak dari praktik ini adalah menurunnya kualitas karya ilmiah dan reputasi akademisi Indonesia di mata internasional. Kasus ini masih dalam tahap investigasi dan belum ada sanksi yang diberikan kepada para calon guru besar yang terlibat. Kompas terus memantau perkembangan kasus ini dan akan melaporkannya kepada publik.

Untuk menghindari terjerumus ke dalam tindakan plagiarisme, mahasiswa dapat menggunakan sumber yang terpercaya dan kredibel, seperti mencari jurnal di Google Scholars. Selanjutnya, kita harus selalu mencantumkan sumber referensi dengan benar. Sebab, memberikan kredit kepada pemilik asli informasi merupakan hal yang sangat penting, guna menghormati hak kekayaan intelektual orang lain. Selain itu, gunakan alat bantu untuk mendeteksi plagiarisme, sepertinya Turnitin.

Plagiarisme bukan hanya masalah etika, tetapi juga merupakan ancaman terhadap kualitas pendidikan dan integritas akademis. Melalui kesadaran, edukasi, dan tindakan tegas, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari plagiarisme. Mari kita membangun budaya akademik yang jujur, integritas, dan inovatif demi masa depan pendidikan yang lebih baik!

 

Kontributor : Joanne Landy Tantreece

Editor : Joko Suhariyanto, S.E.,M.M., CPOD

 

Referensi:

[1] Roig, M. (2001). Plagiarism and paraphrasing criteria of college and university professors. Ethics & Behavior, 11(3), 307-323.

[2] McCabe, D. L., Trevino, L. K., & Butterfield, K. D. (2001). Cheating in academic institutions: A decade of research. Ethics & Behavior, 11(3), 219-232.

[3] Park, C. (2003). In other (people’s) words: Plagiarism by university students—literature and lessons. Assessment & Evaluation in Higher Education, 28(5), 471-488.

[4]https://www.kompas.id/baca/investigasi/2023/02/09/calon-guru-besar-terlibat-perjokian-karya-ilmiah

[5] https://blog.maukuliah.id/menghindari-plagiarisme/

 

Nyontek….Gak Banget Deh!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *