Di tengah arus digital dan interaksi sosial yang semakin kompleks, bullying, secara fisik maupun siber, masih menjadi isu serius yang kian terus terjadi di sekolah, tempat kerja, dan komunitas. International Stand Up to Bullying Day (28 Februari 2025) hadir sebagai momen untuk menggalang semangat dan dukungan bersama untuk melawan segala bentuk intimidasi. Peringatan ini diadakan 2 kali dalam 1 tahun, pada bulan Februari dan November, dengan tujuan untuk mengajak semua orang untuk “bangkit bersama” dan menciptakan lingkungan yang lebih aman, nyaman, dan inklusif bagi setiap individu.
Bagaimana asal mula International Stand Up to Bullying Day? Ini semua dimulai dari aksi kecil yang luar biasa dari 2 siswa dari Nova Scotia, yaitu Travis Price dan David Shepherd. Mereka melakukan gerakan ini dengan keberanian sederhana, dengan membeli dan memakai kaos pink sebagai bentuk dukungan untuk temannya yang menjadi korban bullying. Kemudian, gerakan ini dengan cepat menyebar ke berbagai sekolah dan komunitas, hingga pada akhirnya menjadi peringatan internasional sejak tahun 2008. Dari sebuah aksi sederhana oleh siswa sekolah, kini International Stand Up to Bullying Day telah menyatukan lebih dari 25 negara dalam upaya bersama melawan bullying.
Pada hari yang spesial ini, simbol warna pink yang lembut menjadi identitas utama sebagai tanda solidaritas yang kuat. Kita bisa menggunakan baju atau aksesoris warna pink di hari ini untuk menyampaikan pesan dukungan kepada korban bullying. Selain itu, manfaatkan media sosial untuk berbagi kisah inspiratif, informasi penting, dan pesan positif untuk menjangkau banyak orang.
Komunitas juga dapat mengadakan seminar dan workshop untuk sosialisasi mengenai cara pencegahan bullying dan menciptakan lingkungan yang aman. Sekolah, perusahaan, dan organisasi juga hendaknya mengadakan pelatihan atau program kesadaran tentang bullying, sehingga setiap orang merasa nyaman dan dihargai.
Tidak hanya luka fisik, bullying juga berdampak signifikan pada kesehatan mental dan prestasi akademik lho. Dilansir dari doktersehat.com, bullying dapat menyebabkan ketakutan, stres, depresi, atau cemas. Selain itu, dapat juga menyebabkan korban timbul pemikiran untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri. Korban bullying memiliki masalah suasana hati, tidur, nafsu makan, dan juga tingkat energi yang selalu rendah.
Untuk mengatasi masalah bullying, kerja sama dari berbagai pihak sangat diperlukan. Lingkungan sekolah dan komunitas hendaknya menyelenggarakan program edukasi, hal ini sangat penting untuk menyediakan pengetahuan dan pelatihan bagi guru, orang tua, dan siswa tentang cara mengenali dan menangani bullying. Selain itu, dukungan aktif dari lembaga pendidikan, organisasi non-pemerintah, dan perusahaan dapat berupa menciptakan kebijakan anti-bullying, serta menyediakan saluran dukungan bagi korban bullying. Tidak kalah penting, peran media sosial dan platform digital juga harus dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan positif, memberikan dukungan moral, serta mengedukasi masyarakat tentang bahaya bullying dan pentingnya inklusivitas.
International Stand Up to Bullying Day lebih dari sekedar hari peringatan, tetapi adalah panggilan untuk bertindak. Setiap individu memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan bebas dari intimidasi. Dengan mengenakan warna pink dan ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kampanye anti-bullying, kita menyampaikan pesan bahwa bullying tidak akan ditoleransi. Ayo sama-sama bangkit, bersatu, dan memberikan dukungan kepada siapa pun yang membutuhkan! Terus sebarkan pesan inklusivitas, toleransi, dan empati, karena perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang kita ambil setiap hari.
Referensi:
[1] https://nationaltoday.com/international-stand-up-to-bullying-day/
[2] https://doktersehat.com/informasi/kesehatan-umum/bullying/
Kontributor : Joanne Landy Tantreece
Editor : Joko Suhariyanto, S.E.,M.M., CPOD.