Gajah Mada adalah sosok mahapatih yang namanya harum dalam sejarah Indonesia, dikenal sebagai tokoh kunci di balik kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Dengan Sumpah Palapa yang monumental, ia berjanji untuk mempersatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, sebuah visi yang menjadikannya simbol patriotisme dan persatuan hingga kini. Meskipun detail kehidupannya diselimuti misteri, perjalanan Gajah Mada dalam politik, militer, dan diplomasi mengukir warisan yang menginspirasi.
Lahir sekitar tahun 1299, asal-usul Gajah Mada masih diperdebatkan. Beberapa sumber, seperti Serat Pararaton, menyebut ia anak Gajah Pagon, seorang petinggi Majapahit yang setia kepada Raden Wijaya. Namun, tidak ada catatan pasti tentang tempat kelahirannya. Karier Gajah Mada dimulai sebagai bekel (kepala pasukan) Bhayangkara, pengawal raja pada masa Prabu Jayanegara (1309-1328). Kecakapannya menonjol saat ia memadamkan pemberontakan Ra Kuti, menyelamatkan raja. Pada 1319-1321, ia menjadi patih di Kahuripan, mendampingi Tribhuwana Tunggadewi. Puncaknya, pada 1334, Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Amangkubumi, setara perdana menteri, setelah menaklukkan pemberontakan Keta dan Sadeng pada 1332.
Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa saat dilantik sebagai mahapatih pada 1336, di hadapan Ratu Tribhuwana Tunggadewi. Dalam Kitab Pararaton, ia berikrar: “Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa.” Artinya, ia tidak akan menikmati kesenangan duniawi sebelum menyatukan Nusantara di bawah Majapahit. Sumpah ini bukan sekadar janji, tetapi visi strategis untuk memperluas pengaruh Majapahit melalui perang dan diplomasi. Meski awalnya ditertawakan oleh petinggi kerajaan seperti Ra Kembar dan Lembu Peteng, Gajah Mada membuktikan tekadnya dengan menaklukkan wilayah seperti Bali, Sumatera, dan Tumasik (Singapura) antara 1336–1357.
Di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk (1350-1389) dan Gajah Mada sebagai mahapatih, Majapahit mencapai puncak kejayaan. Gajah Mada memimpin ekspansi ke wilayah timur seperti Seram, Bima, dan Luwu, memperluas wilayah hingga menyerupai konsep Nusantara modern. Strategi militernya didukung oleh Laksamana Nala, sementara kecakapan diplomasinya mengikat kerajaan-kerajaan kecil. Namun, kariernya ternoda oleh Perang Bubat (1357), konflik tragis dengan Kerajaan Sunda akibat perselisihan politik dan ambisi Gajah Mada. Perang ini menewaskan Raja Sunda, Lingga Buana, dan meninggalkan luka sejarah bagi masyarakat Sunda. Kontroversi lain meliputi asal-usulnya, kisah cintanya, hingga lokasi makamnya, yang masih menjadi misteri.
Gajah Mada tidak hanya pahlawan Majapahit, tetapi juga simbol persatuan nasional. Sumpah Palapa menginspirasi para pendiri bangsa, seperti Soekarno dan Mohammad Yamin, yang melihatnya sebagai bukti bahwa Indonesia bisa bersatu meski beragam. Nama Gajah Mada diabadikan dalam Universitas Gadjah Mada, Satelit Palapa, dan banyak nama jalan di Indonesia, kecuali di Jawa Barat karena trauma Perang Bubat. Di era modern, visinya relevan dalam menghadapi tantangan polarisasi dan globalisasi. Sumpah Palapa mengajarkan pentingnya tekad, strategi, dan pengorbanan untuk menjaga keutuhan bangsa, sekaligus mengingatkan agar ambisi tidak mengorbankan harmoni. Gajah Mada adalah legenda yang mengukir sejarah dengan Sumpah Palapa, membawa Majapahit ke puncak kejayaan sambil memimpikan Nusantara yang bersatu. Meski diselimuti misteri dan kontroversi, perjuangannya menunjukkan bahwa visi besar, didukung kerja keras, dapat mengubah sejarah.
Sumber
Susilo, A., & Sofiarini, A. (2018). Gajah Mada sang maha patih pemersatu Nusantara di bawah Majapahit tahun 1336 M–1359 M. Kaganga, 1(1), 62–71. https://doi.org/10.31539/kaganga.v1i1.233
Wikipedia. (n.d.). Gajah Mada. Diakses pada 31 Mei 2025, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada
Kontributor : Elvira Rahmaniar Rahmi
Editor : Joko Suhariyanto, S.E.,M.M., CPOD.