Lebaran adalah momen yang selalu dinantikan oleh umat Muslim di Indonesia, sebuah waktu yang penuh dengan kehangatan, silaturahmi, dan tradisi yang kaya makna. Salah satu tradisi yang tak bisa dilepaskan dari perayaan ini adalah kebiasaan berbagi uang dengan keluarga, yang lebih dikenal dengan sebutan angpao. Tradisi ini bukan sekadar memberikan uang dalam amplop, melainkan membawa cerita panjang tentang asal-usulnya, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, serta cara menjalankannya dengan penuh makna. Di Indonesia, angpao telah menjadi bagian dari budaya Lebaran yang mencerminkan kasih sayang, kebersamaan, dan harapan akan keberkahan di masa depan.
Awal mula tradisi angpao sebenarnya berasal dari budaya Tionghoa, di mana amplop merah berisi uang diberikan saat Tahun Baru Imlek sebagai lambang keberuntungan dan kemakmuran. Warna merah yang cerah melambangkan semangat dan harapan baik, sebuah simbolisme yang kuat dalam budaya tersebut. Di Indonesia, tradisi ini mulai dikenal luas pada pertengahan abad ke-20, terutama di daerah dengan komunitas Tionghoa yang besar. Seiring waktu, angpao melebur dengan tradisi lokal dan diadopsi dalam perayaan Idul Fitri, menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar pemberian uang. Kini, angpao Lebaran memiliki identitas sendiri, menggabungkan nilai-nilai Islam seperti keikhlasan dan kepedulian dengan warisan budaya yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa.
Saat Lebaran tiba, suasana berbagi menjadi semakin terasa. Angpao biasanya diberikan oleh mereka yang lebih tua atau sudah berkeluarga kepada anak-anak, keponakan, atau saudara yang belum menikah. Tidak ada aturan pasti tentang berapa nominal yang harus diberikan, karena yang terpenting adalah niat di balik pemberian tersebut. Bagi pemberi, angpao adalah cara untuk berbagi rezeki dan kebahagiaan yang telah mereka dapatkan sepanjang tahun, sekaligus mendoakan yang terbaik bagi penerimanya. Bagi anak-anak, momen menerima angpao selalu penuh kegembiraan—mereka sering kali tak sabar membuka amplop merah itu untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Namun, di balik keceriaan itu, ada pelajaran berharga tentang rasa syukur dan pentingnya saling berbagi.
Ada etika tersendiri dalam tradisi ini yang membuatnya semakin bermakna. Ketika memberi angpao, seseorang diharapkan melakukannya dengan tulus, tanpa membandingkan jumlah yang diberikan dengan orang lain. Hal ini penting agar tradisi ini tetap menjadi ungkapan kasih sayang, bukan ajang pamer atau kompetisi. Begitu pula bagi penerima, menerima angpao dengan sopan dan ucapan terima kasih adalah bentuk penghormatan terhadap pemberi. Sikap-sikap kecil ini mencerminkan nilai-nilai seperti rendah hati, hormat, dan kepekaan sosial yang menjadi inti dari Lebaran itu sendiri. Dengan demikian, angpao tidak hanya menjadi sarana berbagi materi, tetapi juga alat untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga.
Lebaran tanpa angpao rasanya seperti kehilangan salah satu warna yang membuatnya istimewa. Tradisi ini membawa keluarga berkumpul, saling bertanya kabar, dan berbagi cerita di sela-sela pemberian amplop merah. Bagi anak-anak, ini adalah momen belajar tentang arti kebersamaan dan bagaimana kebahagiaan bisa datang dari hal-hal sederhana. Bagi orang dewasa, ini adalah kesempatan untuk menunjukkan perhatian kepada generasi muda dan merenungkan betapa berharganya tali silaturahmi. Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, tradisi angpao tetap bertahan, bahkan menjadi semakin relevan sebagai pengingat akan pentingnya menjaga hubungan keluarga dan komunitas.
Jadi, tradisi angpao saat Lebaran adalah lebih dari sekadar kebiasaan tahunan. Ini adalah perpaduan budaya yang indah, dari akarnya di tradisi Tionghoa hingga penyesuaiannya dengan nilai-nilai lokal Indonesia. Lewat angpao, kita belajar tentang kasih sayang, keikhlasan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dengan menjalaninya dengan penuh kesadaran dan kepekaan, tradisi ini bukan hanya memperkaya perayaan Lebaran, tetapi juga memperkuat ikatan antar sesama. Semoga kebiasaan baik ini terus terjaga, membawa keberkahan dan kebahagiaan bagi kita semua di setiap Lebaran yang datang.
Sumber:
RRI. (2023, April 10). Sejarah tradisi angpao untuk saudara saat Lebaran. Radio Republik Indonesia. https://www.rri.co.id/hiburan/1395605/sejarah-tradisi-angpao-untuk-saudara-saat-lebaran
Kompas. (2022, April 12). Menilik asal mula tradisi berbagi angpao saat Lebaran. Kompas.com. https://www.kompas.com/tren/read/2022/04/12/060500665/menilik-asal-mula-tradisi-berbagi-angpao-saat-lebaran?page=all
Cermati. (n.d.). Angpao Lebaran: Makna, tradisi, dan tips memberikannya. Cermati.com. https://www.cermati.com/artikel/angpao-lebaran
Kontributor : Elvira Rahmaniar Rahmi
Editor : Joko Suhariyanto, S.E.,M.M., CPOD