Rasanya, di era digital saat ini, FOMO telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dinamika kehidupan sosial kita. Banyak orang merasa ketakutan akan ketertinggalan tren yang terjadi akibat banyaknya konten-konten sosial media yang memamerkan gaya hidup masing-masing. Secara detail, FOMO adalah akronim dari Fear Of Missing Out, yaitu ketakutan tidak mengetahui peristiwa atau informasi yang terjadi sekarang, ataupun ketakutan akan tidak terlibatnya dalam satu kegiatan yang mungkin bisa mendongkrak popularitasnya (Wikipedia). Di kalangan mahasiswa, fenomena ini semakin terasa dengan adanya paparan dari media sosial yang menampilkan pencapaian dan aktivitas teman-teman mereka.
Di kalangan mahasiswa yang mayoritas adalah remaja beranjak dewasa, FOMO sering terjadi dikarenakan melihat postingan di akun teman-teman mereka. Kehidupan yang ditampilkan di sosial media seringkali memperlihatkan hal-hal hebat yang terjadi di kehidupan orang sehingga membuat kesan hidup sempurna, bisa saja seperti banyaknya organisasi kampus yang diikuti atau bahkan menjadi salah satu pengurus, mendapatkan penghargaan, menang lomba, IP yang bagus, atau pertemanan yang asyik. Hal ini bisa membuat orang yang melihat melakukan proyeksi yang buruk terhadap diri sendiri, kita merasa kurang dalam pencapaian akademik ataupun ekstrakurikuler, kurang pergaulan, dan mungkin memaksakan diri untuk ikut banyak kegiatan organisasi yang justru jika kita tidak bisa mengatur waktu dengan baik, malah akan mengurangi performa kita di perkuliahan.
FOMO sering berakibat pada meningkatkan level stress atau kecemasan kita, terpaku pada layar kaca melihat sosial media secara terus menerus demi mengikuti sebuah trend tentunya dapat mempengaruhi kualitas tidur kita karena tersita waktunya untuk scrolling sosial media. FOMO yang berlebih pun dapat mempengaruhi kesehatan mental seperti cemas karena takut kehilangan kesempatan merasakan hal menyenangkan seperti orang lain, tidak pernah merasa puas dengan hidup karena selalu membandingkan dengan kehidupan orang lain, dan kesulitan untuk fokus dengan apa yang dikerjakan karena terlalu ingin tau perkembangan yang dicapai orang lain (Halodoc)
Apakah FOMO itu tidak boleh? Boleh saja asal dalam batas yang wajar. Kemampuan untuk merefleksi diri sendiri sangat diperlukan saat ini, fahami bahwa kita memiliki batas akan satu hal dan tidak mungkin kita bisa melakukan semua hal yang ada dalam trend. Mengurangi penggunaan sosial media juga sangat membantu kita untuk tidak terlalu memikirkan pencapaian-pencapaian orang lain, atau kebanyakan orang menyebutnya JOMO (Joy Of Missing Out), kebalikan dari FOMO, JOMO adalah perasaan cukup dengan apa yang sudah kita miliki, hal ini akan membuat kita memahami bahwa kebahagiaan seharusnya tidak diukur dengan hal-hal yang dimiliki oleh orang lain.
Sumber
- https://id.wikipedia.org/wiki/FOMO#cite_note-Przybylski-2
- https://www.halodoc.com/artikel/5-dampak-negatif-fomo-bagi-kesehatan-mental