Pegipegi, sebuah perusahaan startup penyedia layanan perjalanan daring (OTA) dengan nama PT Go Online Destinations, tiba-tiba mengumumkan penutupan operasionalnya di Indonesia pada tanggal 11 Desember 2023. Ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Pegipegi sebelumnya dikenal sebagai salah satu OTA terkemuka di Indonesia dengan lebih dari 100 juta pengguna.
Dalam keterangan resminya, Pegipegi menyatakan penutupan ini dilakukan karena adanya perubahan kondisi pasar yang tidak memungkinkan perusahaan untuk terus beroperasi. Kondisi tersebut, menurut Pegipegi, antara lain persaingan yang semakin kompetitif, perubahan kebiasaan konsumen, dan kondisi perekonomian yang tidak stabil.
Persaingan Ketat
Penyebab utama penutupan Pegipegi diduga berasal dari persaingan yang makin sengit di sektor OTA Indonesia. Saat ini, banyak operator OTA lokal maupun internasional bersaing keras, seiring dengan meningkatnya minat masyarakat Indonesia dalam melakukan perjalanan.
Salah satu pemain OTA yang menjadi pesaing utama Pegipegi adalah Traveloka. Traveloka adalah salah satu OTA terbesar di Indonesia dengan lebih dari 200 juta pengguna. Berbagai keunggulan yang dimiliki Traveloka antara lain pelayanan yang luas, harga bersaing, dan berbagai promosi yang menarik dari waktu ke waktu.
Selain Traveloka, masih banyak juga operator OTA lain yang saling bersaing, seperti Tiket.com, Agoda, dan Booking.com. Pemain-pemain ini menawarkan berbagai layanan yang serupa dengan Pegipegi, sehingga membuat persaingan di sektor OTA semakin ketat.
Perubahan Perilaku Konsumen
Perubahan kebiasaan konsumen juga diidentifikasi sebagai faktor yang turut berkontribusi pada penutupan Pegipegi. Konsumen saat ini lebih cenderung menggunakan platform digital untuk berbagai transaksi, termasuk memesan tiket perjalanan dan akomodasi hotel. Hal ini mendorong perlunya OTA menjadi lebih kreatif dan strategis dalam menawarkan layanan untuk menarik perhatian konsumen.
Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi yang tidak stabil juga menjadi faktor yang ikut menyebabkan penutupan Pegipegi. Situasi ini membuat konsumen lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan mereka, terutama saat bepergian, dan berdampak pada menurunnya permintaan terhadap layanan OTA.
Kesalahan Strategi?
Beberapa kalangan menilai penutupan Pegipegi terkait dengan kesalahan strategi perusahaan. Salah satu kesalahan strategis yang mencolok adalah keputusan Pegipegi untuk melakukan ekspansi ke pasar internasional. Upaya ini dimulai pada tahun 2016 dengan membuka kantor di Thailand dan dilanjutkan ke beberapa negara lain, termasuk Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam. Namun, ekspansi ini dinilai kurang berhasil karena Pegipegi kalah bersaing dengan operator OTA lokal di negara-negara tersebut, menyebabkan kerugian finansial yang signifikan.
Kesimpulan
Penutupan Pegipegi menandakan kehilangan bagi industri OTA di Indonesia dan menyoroti kompleksitas bertahan dalam persaingan yang ketat. Selain persaingan yang intens, perubahan perilaku konsumen dan kondisi ekonomi yang tidak stabil juga menjadi faktor-faktor krusial yang turut berkontribusi pada penutupan startup ini.
Referensi:
- Pegipegi Tutup di Indonesia, Ini Sosok Pemiliknya (cnbcindonesia.com)
- Startup Pegipegi Tutup, Akibat Tergilas Kerasnya Persaingan? (bisnis.com)
- Pegipegi Tutup usai 12 Tahun Beroperasi (cnnindonesia.com)
- https://www.techverse.asia/startup/140/21082022/penyebab-perusahaan-startup-di-indonesia-gulung-tikar-ini-faktor-yang-dominan
Kontributor : Joanne Landy Tantreece
Editor : Joko Suhariyanto, S.E.,M.M., CPOD