Universitas Siber Asia

Multitasking Tanpa Arah, Budaya Sibuk yang Ternyata buat kita Salah Kaprah

Di era digital saat ini, multitasking seolah menjadi standar hidup. Kita para Gen Z ini terbiasa membuka puluhan tab, membalas pesan sambil rapat, bahkan makan pun ditemani scroll media sosial. Semakin padat aktivitas kita, semakin dianggap “produktif.” Tapi benarkah semua kesibukan itu punya makna? Hmmm.
Fenomena ini menciptakan budaya sibuk yang salah kaprah di mana “terlihat sibuk” lebih penting daripada hasil nyata. Banyak anak muda merasa harus selalu aktif, entah itu ikut webinar, membuat konten, atau sekadar meng-update story bekerja hingga larut malam. Semua demi validasi dan eksistensi.
Padahal, tidak semua aktivitas paralel menciptakan nilai kan?. Kita sering terjebak dalam Produktivitas palsu, iya, kesibukan yang tampak padat tapi tidak berdampak. Rasa pencapaian yang hilang, digantikan kelelahan mental dan kebingungan arah. Multitasking memang membuat kita sibuk, tapi bukan berarti kita maju ya guys.

Nah, pertanyaannya sekarang adalah gimana cara kita tahu apakah kita benar-benar produktif atau cuma terlihat sibuk?
Salah satu cara paling sederhana adalah dengan cek hasil, bukan hanya usaha. Setelah satu hari yang super sibuk, coba tanya diri kita sendiri,
“Apa yang benar-benar selesai hari ini?”
Kalau jawabannya hanya “capek” atau “scroll medsos sambil buka tab kerja,” mungkin itu tanda kita terjebak dalam kesibukan yang semu, huhu jangan ya.

Cara lain, kita bisa belajar mindful working. Fokus satu hal dulu, selesaikan, baru lanjut ke yang lain. Multitasking itu keren kelihatannya, tapi sering kali bikin otak kacau dan hasilnya nggak maksimal. Coba deh sekali-sekali kerja tanpa buka medsos rasanya beda.
Kita juga harus mulai berani meluangkan waktu untuk istirahat tanpa rasa bersalah. Ingay ya guys recharge itu bukan malas, tapi bagian dari produktivitas . Karena kalau pikiran kita terlalu penuh, justru ide dan kualitas kerja bisa turun drastis.

Dan yang paling penting, ukur produktivitas dengan arah, bukan hanya kecepatan. Banyak orang lari kencang tapi nggak tahu tujuannya. Jadi daripada sibuk ke sana-ke mari, lebih baik tahu dulu kita mau ke mana.
Jadi guys, bukan berarti kita harus berhenti sibuk ya. Tapi kita perlu lebih sadar, bahwa sibuk bukan tujuan, kualitas dan arah itulah yang penting.
Berani pelan bukan berarti tertinggal. Kadang, mereka yang paling fokus justru yang paling jauh melangkah. Bye !

Sumber : https://www.kompasiana.com/asyer27962/667edcbfed64157b9e3ba972/pura-pura-sibuk-fenomena-fake-productivity-di-era-modern?page=all&page_images=1#goog_rewarded
https://www.idntimes.com/life/inspiration/5-hal-yang-dianggap-produktif-padahal-hanya-mitos-salah-kaprah-01-3kz8p-znpbdm

Kontributor : Fransiska
Editor : Joko Suhariyanto, S.E.,M.M., CPOD

Multitasking Tanpa Arah, Budaya Sibuk yang Ternyata buat kita Salah Kaprah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *