Di tengah gemerlap budaya “You Only Live Once” (YOLO) yang selama bertahun-tahun mendorong generasi muda untuk hidup penuh spontanitas dan konsumsi tanpa batas, sebuah filosofi baru kini mulai mengakar di kalangan anak muda Indonesia: “You Only Need One” (YONO). Dilansir dari The Jakarta Post pada 6 Februari 2025, YONO bukan sekadar tren sesaat, melainkan cerminan perubahan mendalam dalam cara generasi muda memandang kebutuhan dan kebahagiaan. Berbeda dengan YOLO yang sering diasosiasikan dengan pembelian impulsif—entah itu gadget terbaru, pakaian musiman, atau liburan mewah—YONO mengajarkan bahwa satu barang atau pengalaman yang benar-benar bermakna sudah cukup untuk menjalani hidup yang memuaskan.
Bagi sebagian orang, YONO mungkin terdengar seperti pembatasan, tapi sebenarnya ia membuka ruang untuk kebebasan yang lebih nyata. Bayangkan hari-hari tanpa kekhawatiran soal tagihan kartu kredit yang membengkak atau rasa bersalah karena membeli sesuatu yang ternyata tak terpakai. Dalam kehidupan sehari-hari, YONO bisa sesederhana memilih untuk punya satu tas yang andal ketimbang mengoleksi banyak tas yang hanya jadi pajangan. Manfaatnya tidak berhenti di situ—dalam jangka panjang, pendekatan ini membangun kebiasaan finansial yang sehat, mengurangi stres, dan bahkan memberi rasa puas yang lebih tahan lama ketimbang euforia sesaat dari belanja berlebihan. Ini adalah tentang menikmati apa yang kita miliki, bukan mengejar apa yang tidak kita punya. Banyak anak muda mulai menyadari bahwa kelelahan menghadapi budaya konsumerisme yang tak pernah puas bisa diatasi dengan cara sederhana: fokus pada esensi.
RRI.co.id pada 7 Januari 2025 menulis bahwa YONO perlahan menggeser dominasi YOLO di Indonesia. Jika YOLO identik dengan hedonisme dan keinginan untuk “menikmati hidup” dengan cara yang sering kali boros, YONO menawarkan pendekatan yang lebih bijaksana. Bayangkan seseorang yang memilih satu jaket berkualitas tinggi yang tahan lama ketimbang membeli lima jaket murah yang cepat usang. Atau, alih-alih terus mengejar ponsel keluaran terbaru, seseorang memutuskan untuk memaksimalkan perangkat yang sudah dimilikinya. Ini adalah perubahan kecil yang membawa dampak besar, baik bagi dompet maupun ketenangan batin. YONO tidak mengharamkan kesenangan, tetapi mengajak kita untuk lebih selektif: apa yang benar-benar layak mengisi hidup kita?
Filosofi ini juga selaras dengan gaya hidup minimalis yang kian digemari, seperti diulas dalam Buletin K-PIN. Dengan hanya memprioritaskan kebutuhan inti, YONO membantu mengurangi stres finansial yang sering kali muncul dari keinginan untuk mengikuti tren. Lebih dari itu, pendekatan ini juga ramah lingkungan. Data dari The Jakarta Post menunjukkan bahwa semakin banyak anak muda yang beralih dari nongkrong di kafe mahal ke tempat-tempat sederhana seperti taman kota atau bahkan sekadar bersantai di rumah sambil menikmati kopi buatan sendiri. Kebiasaan seperti membawa botol minum reusable, membeli barang bekas berkualitas, atau memanfaatkan sumber daya digital gratis menjadi bagian dari perubahan ini. Di baliknya, ada kesadaran bahwa memiliki lebih sedikit bisa berarti hidup lebih banyak.
Namun, perjalanan menuju YONO tidak selalu mulus. Tekanan sosial, terutama dari media sosial yang dipenuhi citra “hidup sempurna,” sering membuat orang ragu untuk melepaskan kebiasaan lama. Ada ketakutan bahwa hidup sederhana akan dianggap kurang prestisius atau membosankan. Padahal, YONO justru menawarkan definisi baru tentang kesuksesan: bukan seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa baik kita memanfaatkan apa yang ada. Di tengah tantangan ekonomi yang kian ketat dan krisis lingkungan yang mendesak, pola pikir ini menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Ia mengajak generasi muda untuk berhenti sejenak, merenung, dan bertanya: apa “satu hal” yang benar-benar saya butuhkan untuk merasa utuh? Jawabannya mungkin sederhana, tapi dampaknya bisa mengubah cara kita menjalani hidup.
Sumber:
Aditya, N. (2025, February 6). You only need one: Young Indonesians redefine spending habits. The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/culture/2025/02/06/you-only-need-one-young-indonesians-redefine-spending-habits.html
K-PIN. (n.d.). You only need one. Buletin K-PIN. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1722-you-only-need-one
RRI. (2025, January 7). YONO (You Only Need One) yang menggeser YOLO (You Only Live Once). RRI.co.id. https://rri.co.id/index.php/lain-lain/1241938/yono-you-only-need-one-yang-menggeser-yolo-you-only-live-once
Kontributor : Elvira Rahmaniar Rahmi
Editor : Joko Suhariyanto, S.E.,M.M., CPOD.